Selama Ramadhan, Mr Muhammad (Senegal) dan Abu Ali (Tajikistan, Rusia) menyantri di Dayah Ummul Ayman, Samalanga. Asuhan ‘Ayah 1000 Anak Yatim’, Syaikh Nuruzzahri (Waled Nu).
Berawal dari kedatangan mereka di hari wisuda, beberapa minggu sebelum Ramadhan. Waled menjamu mereka di aula. Ada banyak tawa dan kehangatan yang dirasakan dua pelajar asing ini ketika itu.
Mereka nyaman dan sepakat selama Ramadhan akan mendalami bacaan Alquran dan ilmu agama di Ummul Ayman. Tepat di 6 Ramadhan, mereka kembali ke Umay. Bagai anaknya sendiri, Waled mengajak mereka ke pasar dan menghadiahi mereka dua buah baju gamis (jubah).
Saban hari, mereka layaknya santri Umay lainnya; belajar Alquran, Bahasa Arab, ilmu-ilmu agama dan shalat tarawih berjamaah. Mereka tentu hanya bisa berbahasa Inggris. Pengajarnya tak hanya dari dewan guru, ada juga dari adik-adik kami jenjang SMP/SMA yang menguasai B. Inggris.
Selain menimba ilmu, dua WNA ini juga mengajarkan bahasa Perancis untuk adik-adik kami yang menetap di dayah.
“Are you happy?” tanya Waled ketika buka puasa bersama saban sore. Mereka mengangguk sembari tersenyum. Mr Muhammad sebelah kanan, Mr. Abu Ali sebelah kiri Waled. Saban senja, mereka bagai bodyguard Waled.
Sebelum buka, dua santri disuruh maju untuk tausiah, menggunakan B. Inggris dan B. Arab. “Harus pake dua bahasa itu, ini sebagai media dakwah juga untuk dua tamu kita ini,” ujar Ayahanda, Waled.
Kedua santri asing ini sangat bahagia. Bahkan mereka mengusulkan Ummul Ayman membuka kelas internasional. Nantinya mereka akan mengajak teman-teman asing lainnya untuk belajar agama di dayah asuhan Syaikh Waled Nuruzzahri ini. (Bukhari)