Sejarah dan Filosofi Himne Ummul Ayman

Tgk. Syeh Khaliluddin, M.A.

Oleh: Tgk. Syeh Khaliluddin, M.A*

Himne ialah sajak yang berisi pujian kepada Allah, tanah air, seseorang, atau sesuatu yang dimuliakan. Sering iramanya lambat. Selain sebagai pujaan, juga sebagai bentuk lagu untuk mendoakan, memberi kesan agung atau pun rasa syukur yang disampaikan dalam bentuk lagu. Begitu pula halnya dengan himne Ammul Ayman.

Himne Ummul Ayman diciptakan oleh Tgk. Syeh Khaliluddin. Beliau adalah salah seorang guru senior Dayah Ummul Ayman. Semenjak SD, beliau tinggal bersama Waled, sang pendiri pondok, karena pada ketika itu Waled belum dikaruniai anak laki-laki. Pada awal tahun 1991, beliau merantau ke Caleu demi meneruskan pendidikanya pada salah seorang ulama Aceh terkenal yaitu Ayah Caleu. Di sana beliau menghabiskan masa mudanya untuk perjuangan ilmu pengetahuan. Waktu terus berjalan. Sampai pada suatu hari di tahun 1996 beliau dipanggil pulang oleh ayahanda Waled untuk mengabdi di Ummul Ayman. Sehingga pulanglah beliau ke Dayah Ummul Ayman sembari melanjutkan rihlah pengetahuannya di bawah bimbingan Waled langsung.

Himne Ummul Ayman ditulis pada kisaran tahun 1997/1998. Ketika itu, Ummul Ayman sedang gencar-gencarnya melakukan promosi dayah ke dunia luar, baik birokrasi pemerintahan maupun pihak lainnya.

Untuk menarik perhatian kalangan luar, Ummul Ayman sering mengadakan berbagai sayembara tahunan yang dipusatkan di Dayah Ummul Ayman. Waled sebagai sosok pemimpin pondok, menaruh perhatian besar terhadap kemajuan Ummul Ayman. Beliau memberikan dukungan penuh kepada segala sesuatu yang bisa membangkitkan dan mengharumkan nama Ummul Ayman. Berbagai bentuk perlombaan diadakan untuk menyemarakkan sayembara tahunan Ummul Ayman. Sehingga pernah ada masa gubernur Aceh Pak Syamsuddin Mahmud, beliau pernah hadir ke Ummul Ayman. Pun saat setiap sayembara, himne Ummul Ayman selalu dilantunkan. Bait-bait himne Ummul Ayman pernah dibaca oleh salah satu santri terbaik Ummul Ayman, namanya Tgk. Muzanni (satu leting Tgk. Mahdir Muhammad). Beliau ini termasuk salah satu murid dari pencipta himne yang menggetarkan jiwa ini.

Kemudian seiring berjalannya waktu, himne ini sempat hilang. Hingga pada kisaran tahun 2005 pasca tsunami melanda Aceh, berdirilah Dayah Ummul Ayman putri yang bersebelahan dengan Dayah Ummul Ayman putra. Ketika wisuda santri putri angkatan ketiga, pihak yayasan mengadakan sanggar atau seni lomba selawat. Di antara banyak santri yang berprestasi, Cahaya Fajar adalah salah satu santri yang memiliki suara yang sangat indah dan merdu. Dia menampilkan lagu Ummul Ayman yang sudah dilakukan sedikit perubahan dengan suara merduanya sehingga mampu menghipnotis para santri dan undangan yang hadir.

Sehingga pada suatu hari, ayahanda Waled mendengar bait-bait indah nan syahdu ini pada acara muhadharah santri putra, dan waled merestuinya.

Waktu terus berjalan, Ummul Ayman terus berbenah ke arah yang lebih baik. Setiap tahun mampu mencetak kader-kader yang siap terjun ke masyarakat.  Ada di antara mereka yang kemudian melanjutkan pendidikannya ke luar negeri. Di antaranya ke Mesir, Yaman, Maroko, dan sebagainya.

Pada tahun 2014, Ummul Ayman melebarkan sayapnya di bidang pendidikan yaitu dengan berdirinya STIS Ummul Ayman Pidie Jaya dengan dua program studi, yaitu HKI dan HES. Pada saat peresmian STIS Ummul Ayman, ketika itulah lagu Ummul Ayman ini ditetapkan sebagai Himne Ummul Ayman. Untuk pertama kalinya Himne Ummul Ayman ditampilkan oleh santri Ummul Ayman putra.


Berikut lirik dari Himne Ummul Ayman.

Ummul Ayman di sini kumengabdi

Mencari ilmu dunia ukhrawi

Siang dan malam tak pernah berhenti

Demi mencari rida ilahi

Duka derita yang menyiksa diri

Segala cobaan yang menggugah hati

Sabar dan doa kutegarkan hati

Demi menjadi insan yang berbudi

Kutinggal di sana sanak saudara

Kutinggal di sana ayah dan bunda

Aku yang jauh terasingkan diri

Demi menjadi anak yang mandiri

Ummul Ayman di sini kumengabdi

Mencari bekal dunia ukhrawi

Siang dan malam tak pernah berhenti

Demi meraih cita yang hakiki

Tak kan kulupa jasa-jasamu

Dengan keikhlasan kau menyadarkanku

Akan kukenang sepanjang waktu

Setitik budi mengisi kalbu

Andaikan nanti kupergi darimu

Bukan karena tak setia padamu

Andaikan Allah merestuiku

Kukan kembali dalam pangkuanmu


Ada beberapa makna filosofis yang termuat dalam himne ini.

Pertama, Ummul ayman sebagai ladang pengabdian. Pengabdian itu didorong oleh rasa keikhlasan yang nantinya akan kita tunai hasilnya. Maka STIS juga mencari pengabdian. Prinsip pengabdian harus ditekankan. Sehingga jangan ragu untuk mengabdi kepada Ummul Ayman.

Kedua, Ummul Ayman sebagai ladang pendidikan. Ummul Ayman mendidik kader agar mampu bersaing dengan perkembangan zaman yang semakin komplek tanpa mengesampingkan pendidikan ukhrawi yang menjadi tujuan utama seorang insan yang berbakti. Ummul ayman menyetarakan antara dua konsep pendidikan yaitu pendidikan agama dan pendidikan umum. Keduanya berjalan beriringan tanpa membedakan satu sama lain. Hal ini sesuai dan sejalan dengan visi dan misi yang dibawakan Ummul Ayman itu sendiri. Sehingga output Ummul Ayman mencetak kader-kader yang mampu membawa perubahan ke arah yang lebih baik bagi wajah bangsa ini. Tampil ke permukaan dengan keseimbangan IPTEK dan IMTAQ yang menghiasi jiwanya.

Ketiga, Istikamah dan kedisiplinan. Tidak ada waktu yang terbuang. Ditempa siang dan malam. Tidak ada istilah cuma siang atau cuma malam. Komitmen pendidikannya dan komitmen pelajarnya.

Keempat, cobaan, problem, suka duka, dan lain-lain itu suatu keniscayaan. Mereka harus siap dengan segala hal tersebut. Semua itu harus dilihat sebagai ujian yang akan mengangkat derajat bagi mereka yang mampu bersabar menghadapinya. Jangan dilihat sebagai sebuah masalah yang harus dipusingkan. Sehingga pada akhirnya lahirlah kader-kader yang berakhlaqul karimah, bukan saja cerdas.

Kelima, semangat merantau. Harus siap berpisah dengan keluarga. Berpisah dengan keluarga merupakan suatu hal yang berat, namun hal itu tetap harus dihadapi. Berpisah untuk sementara demi sebuah cita-cita. Bersedih sementara tapi bahagia pada akhirnya. Inilah yang harus kita sadari. Orang Cina mengatakan; lebih baik pahit lima tahun kemudian senang dari pada senang lima tahun tapi susah sesudahnya. Ummul ayman mendidik para santrinya untuk mandiri, menempa jiwa mereka untuk bisa berdiri sendiri tanpa berpangku tangan kepada orang lain. Tidak manja. Sehingga terbentuklah jiwa yang memilki kecerdasan intelektual, kecerdasan spiritual, dan jiwa kemandirian.

Keenam, setiap tahun Ummul Ayman mengeluarkan alumni. Ummul Ayman akan terlintas dalam sejarah kehidupan santrinya. Orang yang baik adalah orang yang tidak melupakan sejarah, termasuk sejarah dirinya sendiri. Salah satu keberhasilan Ummul Ayman adalah membentuk karakter yang tidak melupakan Ummul Ayman. Sehingga hari ini kita bisa melihat ikatan alumni yang setiap tahun mengadakan reuni yang dipusatkan di komplek dayah. Ikatan tersebut disingkat dengan IKABUA (Ikatan keluarga Besar Alumni Ummul Ayman).

Ketujuh, Kita punya pilihan hidup tapi jangan lupa siapa di balik kesuksesan kita hari ini. Sadarilah bahwa Ummul Ayman tidak pernah menyerah menempa jiwa kita sampai dia melihat kita dalam kesuksesan. Itu semua tidak terlepas dari didikan Ummul Ayman. Maka cintailah Ummul Ayman, mengabdilah untuk Ummul Ayman, pulanglah ke Ummul Ayman. Kita dari Ummul Ayman, oleh Ummul Ayman, dan untuk Ummul Ayman.

*)Guru Senior Dayah Ummul Ayman Samalanga

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama