Tgk. Afkaryadi |
Imam Al-Ghazali dalam kitab Minhajul Abidin mengungkapkan dua alasan Syaitan wajib diperangi dan ditaklukkan. Pertama, Syaitan adalah musuh yang meyesatkan yang nyata bagi manusia. Hal ini telah tercantum dalam Alquran 60:36. Kedua, Syaitan memang diciptakan untuk menjadi musuh kita manusia dan mereka siap memerangi kita kapanpun sepanjang hari di siang dan malam.
Bedasarkan riwayat dari Wahab bin Munbih bahwa pada suatu ketika Iblis berjumpa dengan Nabi yahya, anak Nabi Zakariya. Saat itu, Nabi Yahya bertanya kepada Iblis, “Apa sajakah perilaku anak cucu Adam (bani Adam) menurutmu wahai Iblis?” Lalu iblis menjawab, “Bani Adam ada tiga golongan; yang pertama, mereka yang seperti engkau wahai Nabi Yahya (ma’sum) yang tidak kuasa kami taklukkan. Kedua, mereka ada di tangan kami dan sudah kami kuasai. Ketiga, ini yang paling menyusahkan, yaitu kami dekatkan diri dengan mereka dan mereka bermaksiat lalu beristighfar lagi kepada Allah sehingga usaha kami pun jadi sia sia, meski kami tidak akan pernah putus asa dalam menggapai tujuan kami.”
Yahya bin Mu’as ar-Razi berkata suatu ketika pernah berkata:
الشّيطانُ فارغٌ وانت مشغولٌ والشّيطانُ يراك و انت تنساه وهو لا ينساك ومن نفسك للشيطان عليك أعوانٌ، فإذنْ لابدّ من محاربته وقهره والّا فلا تأمنِ الفسادَ والهلاكَ
Selanjutnya, Imam Al-Ghazali menjelaskan bahwa ada dua cara menaklukkan Syaitan menurut sebagian ulama: Pertama, meminta perlindungan dari Allah ta’ala karna Syaitan bagaikan anjing yang dikuasai Allah, maka meminta perlindungan kepada pemilik anjing jauh lebih bijak ketimbang menaklukkan sendiri. Kedua, mensucikan hati dari sifat tercela dan selalu ingin mengalahkan syaitan.
Menurut Imam al-Ghazali lebih bagusnya kedua cara di atas diaplikasikan sekaligus. Yaitu meminta perlindungan pada Allah dari tipu daya syaitan lalu selalu membersihkan hati dari sifat tercela.
Para ulama juga merangkumkan beberapa perkara dalam memerangi syaitan: pertama, kita harus tahu itu tipu daya syaitan maka dia akan menjauh karna layaknya pencuri yang sudah diketahui oleh pemilik, pasti dia akan lari menjauh dari pemilik tersebut. Kedua, jangan hiraukan bisikan/seruan syaitan karna dia sama seperti anjing yang bila kita layani, dia akan menggonggong bahkan lebih bersemangat lagi, tapi coba kalo kita berpaling, anjing itu pasti akan diam karena gagal. Ketiga, selalu mengingat Allah karna hal ini bisa membuat syaitan terkalahkan dengan mudah.
Mengenai poin ketiga ini bahkan nabi pun pernah bersabda:
انّ ذكر الله تعلى فى جنب الشيطان كالالة فى جنب ابن ادم
Dari poin pertama di atas, timbul tanda tanya bagi kita, bagaimana sebenarnya cara mengetahui tipu daya syaitan? Imam Al-Ghazali mengatakan ada dua hal yang harus diketahui manusia agar lebih mudah mengetahui tipu daya Syaitan.
Pertama, Waswas, ini seperti anak panah Syaitan yang akan dilemparkan kepadamu, maka dari sini akan muncul khatir (goresan hati) pada kita.
Kedua, Siasat, ini seperti perangkap Syaitan yang akan mencelakai kita, karenanya kita akan lebih mengenal tipu daya Syaitan.
Khatir adalah goresan hati yang membuat seorang hamba mengerjakan sesuatu atau meninggalkannya. Khatir itu ada empat: pertama, sesuatu yang diciptakan pada pertama kali di hati dinamakan Khatir (goresan hati). Kedua, sesuatu yang sesuai dengan keinginan manusia dinamakan hawa nafsu. Ketiga, sesuatu yang timbul setelah ajakan dari malaikat dinamakan ilham. Keempat, sesuatu yang timbul setelah ajakan syaitan dinamakan waswas.
Sebenarnya, pada setiap manusia bukan hanya syaitan yang menjadi pengiring setiap kegiatan dan kelakuan. Ada juga malaikat yang dititipkan Allah untuk menyeru kepada kebaikan, malaikat itu dinamai malaikat Mulhim, di samping Allah juga menitipkan syaitan untuk menyeru kepada keburukan, syaitan ini dinamakan syaitan Waswas. Rasulullah pernah bersabda:
اذا قال ولد لابن آدم مولود قرن الله سبحنه به ملكا و قرن الشيطان به شيطانا
Guru Imam Al-Ghazali, Syekh Abi Bakar Al-Waraqi, suatu ketika pernah berkata, “Kadang syaitan itu juga menyeru manusia untuk mengerjakan perbuatan yang baik dengan tujuan yang lebih buruk. Contoh: ia menyeru puasa sunat lalu membisik untuk meninggalkan salat. Kadang juga menyeru kepada kebaikan untuk bisa membuat dosa yang lebih besar. Contoh: bangun salat subuh lalu membisik dalam hati seseorang dengan sifat u’jub.
Syaitan itu selalu berada di telinga hati kita yang kiri (mata batin). Sedang Malaikat berada di telinga hati kita yang kanan. Tugas mereka berdua selalu membisikkan kita kepada keburukan dan kebaikan.
Kemudian Allah juga menambahkan pada tubuh manusia sebuah kebiasaan yang cenderung kepada keinginan dan kelezatan, apakah kebiasaan itu membawaki kepada yang baik ataupun yang buruk, keinginan itu adalah hawa nafsu. Jadi dalam diri kita manusia, ada tiga yang mengelola semua perbuatan kita dalam dunia, yaitu: malaikat, syaitan dan hawa nafsu.
*)Mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu Syariah (STIS) Ummul Ayman Pidie Jaya.